Indonesia Negara Tanah Subur Kenapa Masih Impor Beras?

Sektor Perekonomian Industri Pertanian
Jabar Express

Daftar Isi

Indonesia Tanah Subur Mengapa Masih Impor Beras?

Indonesia Tanah Subur Mengapa Masih Impor Beras?
Universitas Muhamadiyah Sukabumi, Indonesia Negara Tanah Subur Mengapa Masih Impor Beras?

http://bisnisonlineusaharumahan.com – Indonesia Negara Tanah Subur Mengapa Masih Impor Beras? Kita ketahui bahwa Indonesia memanglah negara yang memiliki tanah yang sangat subur, untuk itu sektor pertanian aset penting untuk perkembangan ekonomi nasional di Indonesia. Banyak sekali jenis pertanian yang bisa dihasilkan para petani yakni rempah-rempahan, sayuran, buah-buahan sampai makaanan pokok lainnya. Namun, hal itu masih saja tidak dapat menyelesaikan polemik pertanian yang masih ada di Indonesia.

Sayangnya, meskipun dinyatakan sebagai negara agraris yang memiliki luas dan tanah yang sangat subur, hal ini masih saja belum bisa menjadi solusi atas polemik yang dimiliki di seluruh pertanian di Indonesia. Beras dan kedelai menjadi 2 kebutuhan pokok bagi masyarakat indonesia. Beras yang merupakan kebutuhan sehari-harinya serta kedelai yang menjadi dasar utama dalam memproduksi berbagai jenis makanan pokok lainnya seperti tahu dan tempe, ternyata sampai saat ini kedua jenis pertanian ini masih saja di import, sangat menyayangkan bukan?

Pemerintah indonesia menyatakan bahwa selama 3 tahun ke belakang ini sudah tidak mengadopsi lagi beras dan bahan pokok lainnya ke luar negeri. Namun, dilihat dari data Kementan indonesia dalam nomor urut pertama masih menginport beras ke luar negeri, tentunya hal ini bukan tanpa alasan yakni Indonesia masih memiliki masalah dalam sektor ekonomi pertaniannya. Dalam artikel kali ini kita akan sedikit menguraikan mengenai polemik yang dimiliki pertanian Indonesia, simak penjelasan berikut ini.

4 Masalah Pertanian Di Indonesia

1. Produksi Dalam Negeri Tidak Mencukupi Kebutuhan Konsumsi

Meski dilihat dari segi wilayah pertanian di Indonesia yang luas, ternyata hal ini justru menjadi salah satu alasan negara Indonesia masih saja menginport beras ke luar negeri.

Hal ini terjadi karena di Indonesia kapasitas jumlah produksinya masih kurang dari angka kebutuhan semestinya.

Sebagai contohnya yaitu produksi kedelai yang dimana dari data yang dilansir jumlah total para petani hanya mampu menghasilkan 300.000 ton pertanian (Sumber : Gakoptindo) menurut kementerian pertanian kebutuhan masyarakat di Indonesia terhadap kedelai sebesar 3 juta ton, tentu penyimpanan ini sangat jauh berbeda yang menyebabkan pemerintah harus terpaksa menginport lagi ke luar negeri.

Rendahnya produksi kedelai ini melainkan karena dalam proses kedelai yang dianggap kurang cocok dengan tanah di Indonesia. Selain itu, dilihat dari harga benihnya pun kedelai memiliki harga yang cukup tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh para petaninya pun sangat kecil, hal ini tentunya membuat para petani lebih. memilih komoditas lain untuk dibandingkan dibandingkan dengan kedelai.

Salah satu alasan Bulog (Perusahaan umum milki negara yang bergerak dibidang logistik pangan) harus menjaga stok beras jika sudah hampir menipis, soalnya berdasarkan aturan yang berlaku Bulog minimal 1 juta ton cadangan beras. optimalnya produksi beras yang ada di Indonesia sehingga menjadi alasan bahwa Indonesia harus mengadopsinya alias hubungan keluar negeri lagi. Selain itu, hasil beras gabah di Indonesia juga memang belum mencapai standar karena kadar airnya yang terlalu tinggi.

2. Produksi Tidak Efisien Dan Kalah Murah Dari Produk Import

Harga murah produk impor tentunya menjadi alasan mengapa para petani Indonesia masih saja mendapatkan keuntungan kecil dari produksi pertanian mereka. Ketidakefisienan dan harga yang murah menyebabkan negara Indonesia masih saja mengadopsi produk jenis pertanian keluar negeri.

Sistem distribusi dan pemasaran para petani di Indonesia yang kurang efisien, adanya rantai pasok yang membutuhkan 5-6 konsumen perantara agar hasil panen para petani dapat terdistribusi kesetiap konsumen yang menyebabkan harga yang dikeluarkan para petani lebih mahal.

3. Sangat Bergantung Pada Jasa Tengkulak

Masih berhubungan dengan masalah pertanian poin 2 yakni para petani di Indonesia yang terlalu menggantungkan diri pada para tengkulak yang menyebabkan laba yang mereka miliki rendah serta dijual kepada konsumen dengan harga yang tinggi. Sehingga tengkulak ini sampai sekarang masih dilihat negatif oleh kalangan masyarakat ya karena cara mereka memberikan modal pertanian kepada para petani dengan bunga yang besar sehingga membuat para petani sendiri terjebak dalam situasi antara hutang bunga besar kepada tengkulak dan profit rendah yang mereka dapatkan saat menjualnya kepada tengkulak.

Sehingga tengkulak ini sampai sekarang masih dilihat negatif oleh kalangan masyarakat ya karena cara mereka memberikan modal pertanian kepada para petani dengan bunga yang besar sehingga membuat para petani sendiri terjebak dalam situasi antara hutang bunga besar kepada tengkulak dan profit rendah yang mereka dapatkan saat menjualnya kepada tengkulak.

4. Keterbatasan Akses Pemmodalan Atau Pendanaan

Lahan pertanian yang masih kecil serta kekurangan modal yang mencukupi seringkali menyebabkan para petani masih harus bergantung pada tengkulak. Adanya distribusi kredit pun masih bergerak hanya untuk perkebunan yang memiliki skala besar, padahal 75% dari petani Indonesia merupakan jenis petani kecil yang kepemilikan lahannya pun sangat sedikit. Ada juga Kredit Usaha Rakyat (RUP) yang mampu membiayai modal para petani kecil, namun sistem administrasi yang rumit dan penyeleksiannya yang sering tidak menjadi solusi alternatif bagi para petani yang masih asing dengan mekanisme kredit RUP yang menggunakan off taker. Sehingga para petani justru kembali lagi kepada tengkulak yang memberikan kredit modal tanpa ribet dan lebih cepat.

Ada juga Kredit Usaha Rakyat (RUP) yang mampu membiayai modal para petani kecil, namun sistem administrasi yang rumit dan penyeleksiannya yang sering tidak menjadi solusi alternatif bagi para petani yang masih asing dengan mekanisme kredit RUP yang menggunakan off taker. Sehingga para petani justru kembali lagi kepada tengkulak yang memberikan kredit modal tanpa ribet dan lebih cepat.

Sehingga setelah diamati para petani juga terlalu kompleks masalah yang mereka alami yakni mulai dari permodalan, penjualan, akses pasar sampai kepada faktor alam. Potensi yang besar dengan sistem yang masih kurang efisien sebenarnya masih ada kesempatan untuk meningkatkan dan memperbaiki taraf ekonomi dari sektor pertanian.

Mirisnya, banyak generasi muda yang tidak tertarik berprofesi sebagai petani sehingga menyebabkan jumlah para petani tahun ke tahun semakin menurun, berdasarkan imformasi lain pemerintah menyatakan bahwa rata-rata umur petani sekarang 71% berumur 45 tahun lebih.

4 Solusi Masalahnya

1. Akses Pemasaran Dan Permodalan

Fokus pada akar permasalahan yakni perbaikan akses pemasaran yang dapat langsung disalurkan kepada konsumen dan adanya lembaga yang membantu permodalannya sehingga akan membantu para petani yang ada di Indonesia.

2. Peningkatan Penghubung Infrastruktur

Peningkatan Infrastruktur yakni berperan untuk penghubungan anatara para petani desa dengan perkotaan, baik itu Infrastruktur fisik yang berupa jalan, infrastruktur, infrastruktur nonfisik internet yang masih kurang memadai.

Adanya jalan yang sudah bisa dipakai dapat mengurangi biaya transportasi juga sebagai sarana distribusi bibit dan pupuk dengan harga yang lebih murah.

3. Memperhatikan Sektor Pertanian Yang Sangat Potensial Pada Ekonomi

Memperhatikan dan meningkatkan usaha pada peluang besar yakni dengan mensuport sektor pertanian yang jenis komoditasnya sangat potensial pada peningkatan ekonomi.

4. Peningkatan SDM Para Petaninya

SDM Para petani berdasarkan data yang dirilis BPS Sebagian besar para petani tingkat pendidikannya rendah yakni lulusan SD, SMP dan SMA. Selain itu, para diploma maupun sarjana petani malah malah memilih berprofesi disektor lain.

Padahal jika para sarjana pertanian bisa terjun langsung maka mereka memiliki potensi besar untuk lebih memberdayakan para petani serta dapat lebih memberikan banyak keuntungannya.

Nah, begitulah penjelasannya dari bahasan kali ini, tentunya bisa menambah ilmu pengetahuan semoga semoga bisa menjadi titik awal dari peberbaikan dan perkembangan ekonomi di Indonesia dalam sektor Pertanian.

Dapatkan informasi terupdet, tips, mengenai dunia usaha dan keuangan hanya di situs kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!